Mikroplastik, partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter, kini menjadi momok tak terlihat yang mengancam kesehatan manusia. Setiap hari, kita secara tidak sadar mengonsumsi ribuan partikel ini melalui makanan, minuman, bahkan udara yang kita hirup. Penelitian dari World Wildlife Fund (WWF) memperkirakan, rata-rata manusia menelan sekitar 5 gram mikroplastik per minggu—setara dengan berat kartu kredit. Bagaimana partikel ini masuk ke dalam tubuh, dan seberapa besar risikonya bagi kesehatan?
Asal-usul Mikroplastik dalam Makanan
Mikroplastik berasal dari dua sumber utama: degradasi plastik besar (seperti botol atau kemasan) dan partikel mikro yang sengaja diproduksi (misalnya dalam kosmetik atau tekstil). Namun, jalur utama kontaminasi makanan adalah melalui lingkungan. Plastik yang terurai di laut tertelan oleh biota laut, lalu masuk ke rantai makanan. Ikan, kerang, dan garam laut yang kita konsumsi pun terkontaminasi.
Selain itu, kemasan makanan sekali pakai juga berkontribusi. Studi dari University of Newcastle menemukan bahwa air kemasan botol plastik mengandung 22 kali lebih banyak mikroplastik dibanding air keran. Pemanasan makanan dalam wadah plastik atau penggunaan plastik pembungkus yang terkikis juga melepaskan partikel ini ke dalam makanan.
Dampak Kesehatan yang Mengkhawatirkan
Meski efek jangka panjangnya masih diteliti, bukti ilmiah mulai mengungkap bahaya mikroplastik:
- Iritasi Fisik
Partikel mikroplastik yang tertelan dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan di saluran pencernaan. Pada hewan percobaan, partikel ini terdeteksi di hati, ginjal, dan bahkan otak, mengganggu fungsi organ. - Paparan Bahan Kimia Beracun
Mikroplastik bertindak sebagai “spons” yang menyerap polutan seperti pestisida dan logam berat dari lingkungan. Saat masuk ke tubuh, bahan kimia ini dilepaskan dan dapat mengganggu sistem hormonal, kekebalan tubuh, serta meningkatkan risiko kanker. - Gangguan Mikrobiom Usus
Penelitian di Environmental Science & Technology menunjukkan bahwa mikroplastik mengubah komposisi bakteri baik di usus, yang berpotensi memicu gangguan metabolisme, obesitas, dan penyakit autoimun. - Risiko Jangka Panjang
Anak-anak lebih rentan karena sistem tubuh mereka masih berkembang. Akumulasi mikroplastik sejak dini dikhawatirkan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak.
Langkah Mengurangi Paparan Mikroplastik
Meski mikroplastik sudah tersebar luas, kita bisa meminimalkan paparannya:
- Kurangi penggunaan plastik sekali pakai (sedotan, kantong belanja, botol air).
- Pilih kemasan alternatif seperti kaca, stainless steel, atau bahan daur ulang.
- Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik untuk mencegah pelepasan partikel.
- Konsumsi air keran yang telah disaring alih-alih air kemasan.
- Dukung kebijakan pengurangan plastik dan daur ulang yang ketat.
Kesadaran dan Tindakan Kolaboratif
Mikroplastik bukan lagi masalah individu, melainkan krisis global yang memerlukan respons bersama. Produsen perlu berinovasi menciptakan bahan kemasan ramah lingkungan, sementara pemerintah harus memperketat regulasi plastik sekali pakai. Sebagai konsumen, keputusan kita sehari-hari—mulai dari memilah sampah hingga memilih produk berkelanjutan—bisa menjadi langkah kecil yang membawa perubahan besar.
Ancaman mikroplastik mengingatkan kita: kesehatan manusia dan lingkungan adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Sudah saatnya kita memperlakukan bumi dengan lebih bijak, sebelum partikel plastik benar-benar menjadi bagian permanen dari tubuh kita.