Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis yang sering dijuluki “silent killer” karena sering kali tidak menimbulkan gejala jelas namun berisiko menyebabkan komplikasi serius. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 1,28 miliar orang dewasa di dunia menderita hipertensi, dan hanya 1 dari 5 yang berhasil mengontrolnya. Artikel ini akan membahas penyebab, gejala, dan strategi penanganan hipertensi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan jantung.
Apa Itu Hipertensi?
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah pada dinding arteri terus-menerus tinggi. Tekanan darah normal umumnya di bawah 120/80 mmHg. Seseorang dikatakan hipertensi jika:
- Tekanan darah sistolik (angka atas) ≥130 mmHg, atau
- Tekanan darah diastolik (angka bawah) ≥80 mmHg.
Kondisi ini dapat merusak pembuluh darah, jantung, ginjal, dan organ lainnya jika tidak ditangani.
Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis berdasarkan penyebabnya:
- Hipertensi Primer (Esensial)
- Terjadi tanpa penyebab spesifik dan berkembang bertahap selama bertahun-tahun.
- Faktor risiko utama:
- Pola makan tinggi garam dan lemak jenuh.
- Kurang aktivitas fisik.
- Obesitas.
- Stres kronis.
- Kebiasaan merokok atau konsumsi alkohol berlebihan.
- Riwayat keluarga dengan hipertensi.
- Hipertensi Sekunder
- Disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti:
- Penyakit ginjal.
- Gangguan hormon (misalnya, tiroid atau sindrom Cushing).
- Penggunaan obat tertentu (kontrasepsi oral, dekongestan).
- Sleep apnea.
Gejala Hipertensi
Hipertensi sering kali tidak bergejala hingga mencapai tahap parah. Beberapa tanda yang mungkin muncul meliputi:
- Sakit kepala hebat.
- Pusing atau penglihatan kabur.
- Mimisan.
- Sesak napas.
- Nyeri dada (gejala darurat yang memerlukan penanganan segera).
Karena gejalanya sering samar, pemeriksaan tekanan darah rutin sangat disarankan, terutama bagi kelompok berisiko.
Komplikasi yang Mengintai
Jika tidak diobati, hipertensi dapat menyebabkan:
- Penyakit Jantung dan Stroke: Tekanan tinggi merusak arteri, meningkatkan risiko penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.
- Gagal Ginjal: Kerusakan pembuluh darah di ginjal mengganggu fungsi filtrasi.
- Kerusakan Mata: Retinopati hipertensif dapat menyebabkan kebutaan.
- Demensia: Aliran darah ke otak terganggu, memicu penurunan kognitif.
Diagnosis dan Pemantauan
Hipertensi didiagnosis melalui pengukuran tekanan darah secara berkala. Dokter mungkin merekomendasikan:
- Pemantauan 24 Jam: Alat khusus dipasang untuk mencatat tekanan darah sepanjang hari.
- Tes darah, urine, atau EKG untuk mengecek kondisi organ.
Penanganan Hipertensi
1. Perubahan Gaya Hidup
- Diet DASH: Perbanyak sayur, buah, biji-bijian, dan kurangi garam.
- Olahraga Rutin: 150 menit aktivitas moderat per minggu (jalan cepat, bersepeda).
- Hindari Rokok dan Alkohol: Nikotin dan alkohol menyempitkan pembuluh darah.
- Kelola Stres: Teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi.
2. Obat-obatan
- Diuretik (misal: Hydrochlorothiazide).
- ACE Inhibitor (misal: Lisinopril).
- Calcium Channel Blocker (misal: Amlodipine).
- Beta-Blocker (misal: Metoprolol).
Pengobatan disesuaikan dengan kondisi pasien dan harus dikonsumsi sesuai resep dokter.
Pencegahan Hipertensi
- Batasi konsumsi garam (maksimal 5 gram/hari).
- Pertahankan berat badan ideal (IMT 18,5–24,9).
- Rutin cek tekanan darah, terutama jika berusia di atas 40 tahun.
- Hindari makanan olahan dan tinggi lemak trans.
Kesimpulan
Hipertensi adalah kondisi serius, tetapi dapat dikelola dengan deteksi dini dan perubahan gaya hidup. Dengan mengurangi faktor risiko dan patuh pada rencana pengobatan, penderita hipertensi tetap bisa hidup sehat dan produktif. Jangan tunggu gejala muncul—mulailah memantau tekanan darah Anda hari juga!
Referensi: WHO, American Heart Association, Kementerian Kesehatan RI.