Imunisasi Polio: Perlindungan Krusial terhadap Kelumpuhan dan Kematian

Imunisasi polio adalah vaksinasi wajib yang bertujuan melindungi anak dari penyakit poliomielitis, infeksi virus menular yang menyerang sistem saraf dan berpotensi menyebabkan kelumpuhan permanen atau kematian. Sejak diperkenalkannya vaksin polio pada 1955, kasus polio global telah turun lebih dari 99%. Indonesia dinyatakan bebas polio pada 2014 berkat cakupan imunisasi tinggi, namun ancaman wabah tetap ada jika vaksinasi diabaikan. Berikut penjelasan lengkap tentang imunisasi polio, jenis vaksin, jadwal pemberian, serta peran orang tua dalam mempertahankan status Indonesia sebagai negara polio-free.


Apa Itu Penyakit Polio?

Polio disebabkan oleh poliovirus yang menyebar melalui kontak dengan tinja atau cairan mulut orang terinfeksi. Virus ini menyerang saraf tulang belakang dan otak, menyebabkan gejala seperti:

  • Demam, lemas, dan nyeri otot (pada fase awal).
  • Kelumpuhan mendadak pada kaki atau lengan (poliomielitis paralitik).
  • Gangguan pernapasan jika saraf diafragma terkena.

Satu dari 200 infeksi polio menyebabkan kelumpuhan permanen, dan 5–10% kasus lumpuh berakhir dengan kematian akibat gagal napas. Anak di bawah 5 tahun paling rentan tertular.


Jenis Vaksin Polio

Terdapat dua jenis vaksin polio yang digunakan di Indonesia:

  1. OPV (Oral Polio Vaccine):
  • Berbentuk tetes mulut mengandung virus polio yang dilemahkan (live attenuated).
  • Keunggulan: Mudah diberikan, merangsang kekebalan di usus, serta membentuk kekebalan kelompok.
  • Risiko: Sangat jarang menyebabkan VAPP (Vaccine-Associated Paralytic Polio) pada 1 dari 2,7 juta dosis.
  1. IPV (Inactivated Polio Vaccine):
  • Berbentuk suntikan mengandung virus mati.
  • Keunggulan: Aman untuk anak dengan gangguan imun.
  • Efektivitas: 90–100% melindungi dari polio paralitik setelah 3 dosis.

Sejak 2016, Indonesia menggunakan kombinasi OPV dan IPV untuk meminimalkan risiko VAPP sekaligus meningkatkan proteksi.


Jadwal Imunisasi Polio di Indonesia

Berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan RI:

  • Saat Lahir: OPV-0 (tetes).
  • Usia 2 Bulan: OPV-1 (tetes) + IPV-1 (suntik).
  • Usia 3 Bulan: OPV-2 (tetes).
  • Usia 4 Bulan: OPV-3 (tetes).
  • Booster: OPV diberikan saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di usia 5–7 tahun.

Catatan:

  • Jika terlambat, imunisasi bisa dikejar (catch-up immunization) tanpa mengulang dari awal.
  • Anak dengan HIV atau kanker harus menerima IPV, bukan OPV.

Manfaat Imunisasi Polio

  1. Mencegah Kelumpuhan dan Kematian: Vaksin efektif melindungi anak dari dampak terburuk polio.
  2. Mempertahankan Status Bebas Polio: Indonesia harus menjaga cakupan imunisasi >95% untuk mencegah impor virus dari negara endemis (seperti Afghanistan dan Pakistan).
  3. Menghemat Biaya Kesehatan: Biaya vaksinasi lebih rendah daripada biaya rehabilitasi dan perawatan pasien lumpuh.
  4. Mendukung Eradikasi Global: WHO menargetkan eradikasi polio dunia pada 2026. Indonesia berkontribusi dengan menjaga cakupan imunisasi tinggi.

Efek Samping yang Mungkin Terjadi

  • OPV:
  • Demam ringan atau diare sementara (jarang terjadi).
  • VAPP (sangat langka).
  • IPV:
  • Kemerahan atau bengkak di area suntikan.
  • Demam ringan (1 dari 10 anak).

Efek samping berat seperti syok anafilaksis sangat jarang (1 per 1 juta dosis).


Mitos vs Fakta Seputar Vaksin Polio

  • Mitos: “Vaksin polio mengandung babi.”
    Fakta: OPV dan IPV di Indonesia telah mendapat sertifikat halal dari MUI. OPV menggunakan media kultur sel ginjal monyet, bukan babi.
  • Mitos: “Indonesia sudah bebas polio, jadi tidak perlu vaksin.”
    Fakta: Polio masih ada di negara lain. Tanpa imunisasi, virus bisa masuk kembali melalui pelancong atau migran.
  • Mitos: “Vaksin polio menyebabkan autisme.”
    Fakta: Tidak ada penelitian valid yang membuktikan hal ini. WHO menyatakan vaksin polio aman.

Dampak Jika Tidak Diimunisasi

  • Anak rentan tertular polio dan menjadi sumber penularan.
  • Risiko wabah seperti kejadian tahun 2005–2006 di Sukabumi (46 kasus lumpuh).
  • Beban ekonomi keluarga meningkat akibat biaya pengobatan seumur hidup.

Peran Orang Tua

  1. Patuhi Jadwal: Pastikan anak mendapat OPV dan IPV sesuai jadwal.
  2. Jaga Kebersihan: Polio menyebar melalui tinja. Cuci tangan pakai sabun setelah BAB atau mengganti popok.
  3. Laporkan KIPI: Jika anak mengalami efek samping berat, segera hubungi petugas kesehatan.
  4. Edukasi Lingkungan: Ajak keluarga dan tetangga untuk mendukung imunisasi polio.

Kesimpulan

Imunisasi polio adalah langkah preventif termurah dan paling efektif untuk melindungi anak dari ancaman kelumpuhan. Dengan disiplin menjalankan program imunisasi, Indonesia dapat mempertahankan status bebas polio dan mendukung eradikasi global. Orang tua berperan krusial memastikan anak mendapat vaksin lengkap serta tidak terpengaruh mitos keliru.

Segera kunjungi posyandu, puskesmas, atau rumah sakit terdekat untuk memastikan buah hati terlindungi dari polio. Ingat, satu tetes vaksin bisa menyelamatkan masa depan anak!

Referensi:

  • Kementerian Kesehatan RI.
  • Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
  • Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
  • Data Surveilans Polio Global 2023.
Share the Post:

Related Posts